Pernah mendengar tentang Beasiswa Mitsui Bussan? Mungkin kalian sudah penah mendengarnya dan saya ingin berbagi pengalaman tentang Mitsui Bussan, mudah-mudahan pengalaman saya ini bisa berguna bagi orang lain. Mitsui Bussan adalah suatu program beasiswa full program S1 untuk belajar di universitas di Jepang. Saya mengetahui tentang program MiBu ketika saya masih di kelas X (1 SMA), karena sejak kecil saya sangat ingin menuntut ilmu ke Jepang dan saya selalu mencari informasi tentang beasiswa-beasiswa full yang ditawarkan.
Alasan saya mengikuti beasiswa ini adalah karena menurut saya tidak banyak orang yang tahu mengenai MiBu dan peluang untuk lolos tes mungkin lebih besar karena peminat dan pendaftarnya tidak membludak seperti peminat Beasiswa Monbukagakusho, yang namanya sudah terkenal seantero pemburu beasiswa di Indonesia. Di mingu-minggu sibuk menjelang UN, saya pun menyempatkan diri untuk mengurus berkas-berkas yang diminta pada saat pendaftaran. Syarat untuk mendaftar program MiBu memang tidak simple seperti mendaftar Monbu yang hanya mendaftarkan diri secara online dan tinggal mengirimkan berkas nilai UN ke kantor kedubes Jepang. MiBu meminta pendaftar untuk mengisi isian form yang sangat detail, surat rekomendasi kepala sekolah, fotokopi nilai rapot, dan fotokopi nilai UN (jika sudah dipublikasikan).
Sebenarnya, dokumen yang membutuhkan waktu lama untuk mengurusnya adalah surat rekomendasi kepala sekolah. Selain harus ditulis dalam bahasa Inggris yang baik dan benar, suratnya juga harus ditandatangani langsung oleh kepala sekolah. Pertama, saya mencoba datang ke ruang tata usaha sekolah saya untuk minta dibuatkan surat rekomendasi. Karena harus ditulis dalam bahasa Inggris, staf tata usaha meminta saya untuk membuatnya sendiri dengan alasan takut salah tulis, lalu menyerahkannya ke kepala sekolah untuk ditandatangani. Berhubung bahasa Inggris saya bukan level expert, saya meminta bantuan guru di tempat les saya untuk mengoreksi surat saya dan menambahkannya bila masih ada kekurangan, bahkan dia sendiri juga kesulitan karena menurut dia surat rekomendasi itu harus menggunakan bahasa yang baik dan aturan yang benar. Saya sempat kepikiran untuk mengikuti contoh yang ada di google bahkan copas. Tapi jika puluhan atau bahkan ratusan pendaftar yang lain juga melakukan hal yang sama, berarti surat rekomendasinya sama semua dong? It's not cool guys. Kalau pun membuat sendiri dengan mengikuti format yang sudah ada di Internet, seperti yang saya bilang tadi, skill bahasa Inggris saya kurang -,- takut salah tulis.
Hambatan dalam mengurus surat rekomendasi tidak sampai disitu saja. Kepala sekolah saya itu jarang ada di sekolah, karena hampir setiap hari beliau harus pergi untuk menghadiri acara-acara penting. Untuk mendapatkan tanda tangan dari beliau memang butuh waktu lama, karena saya harus menunggu beliau ada di sekolah dulu. Pokoknya ribet deh. Kalau dihitung-hitung, proses pengurusan surat rekomendasi itu memakan waktu seminggu lebih =.= Untuk menulis form pendaftaran, saya mengisi dengan tulisan tangan, jadi saya berusaha untuk menulisnya dengan rapi dan tanpa tipe-x (walaupun pada akhirnya pakai sedikit tipe-x). Setelah semua berkas siap, saya memutuskan untuk mengirimnya via layanan ekspedisi.
Kalau tidak salah, waktu itu deadline untuk mengirim berkasnya tanggal 12 April 2013. Di propectusnya tertulis, bahwa pengumuman lolos dokumen atau tidaknya akan diumumkan via email. Saat mulai memasuki bulan Mei, hampir setiap hari saya cek inbox email saya. Sepucuk email dari MiBu belum keliatan batang hidungnya. Padahal tesnya tanggal 27 Mei 2013. Akhirnya, tibalah saatnya saya browsing tentang pengumuman MiBu, hingga akhirnya menemukan artikel di dua buah blog. Setelah membaca posting di blog itu, saya langsung panas dingin =_=" . Kalau kamu tiba disini untuk cari informasi mengenai MiBu, saya sarankan untuk baca artikel 1 dan artikel 2 sebelum mendaftar dan mengirimkan berkas. Dua artikel tadi adalah artikel yang bikin saya panas dingin. Kenapa? Karena setelah baca artikel itu, saya baru tahu kalau ternyata berkas-berkas itu harus dilegalisir, sedangkan berkas saya tidak ada yang dilegalisir sama sekali...
Yap, di dua artikel itu seingat saya membicarakan tentang berkas yang dilegalisir, semisal fotokopi rapot, nilai UN dan surat rekomendasi kepala sekolah. Sebenarnya saya tidak melegalisir kedua berkas tersebut bukan karena saya lupa atau tidak tahu, tapi karena saya tidak melihat ada requirement untuk melegalisir berkas di prospectus. Saya bingung harus tanya ke siapa mengenai hal itu. Saya sudah coba untuk mengirim email ke PERSADA, tapi tidak kunjung dibalas. Terinspirasi dari usaha si penulis di artikel 1 ketika sedang galau-galaunya menunggu pengumuman MiBu, saya pun akhirnya mencoba mencari akun twitter si penulis artikel 2 dan akhirnya ketemu juga! Saya mencoba mention dia untuk tanya-tanya seputar pengumuman MiBu. Dia sempat jawab sekali walaupun di ujung jawabannya bilang, "...tapi maaf ya saya sudah lupa tentang itu, karena saya mendaftar dulu banget tahun 2010". Lalu, setelah saya menanyakan "waktu itu berkas kakak dilegalisir apa ngga kak?", dia tidak menjawab lagi.
Ya memang sih, menanyakan berkas beasiswa tidak dilegalisir atau tidak itu memang seperti orang bodoh. Jelas-jelas untuk mendaftar apapun ya harus menyertakan dokumen yang dilegalisir. Duh, pokoknya, waktu itu saya jadi kesal sendiri. Saya suda coba untuk add profilenya si penulis artikel 1 di facebook untuk tanya-tanya, berharap dia masih ingat seputar pendaftaran MiBu karena dia mendaftar di tahun 2012, tapi tidak dikonfirm hingga sekarang. Saya tidak menghubungi dia via twitter karena twitternya tidak pernah di update lagi, jadi mau tidak mau menghubungi lewat facebook adalah satu-satunya jalan.
Di tengah keputusasaan itu, tiba-tiba ide brilian datang. Saya kepikiran untuk mencari pendaftar MiBu 2013 menggunakan fitur search di twitter. Alhamdulillah ketemu beberapa orang, lalu saya memutuskan untuk bertanya kepada dua orang saja, karena keliahatnnya dua orang itu cukup update dan dari tweetnya kelihatan kalau mereka sudah mengumpulkan berkas pendaftaran. Yang satu menggunakan account pseudonim (saya tidak tahu namanya, sebut saja Agan) dan yang satu lagi namanya Anis. Dua-duanya sekolah di Jakarta dan dua-duanya bilang bahwa berkas yang mereka kasih sudah dilegalisir >_<" . Si Agan bilang, katanya persyaratan tentang harus dilegalisir atau tidaknya itu sudah tertulis di prospectus (tapi saya nggak lihat). Kalau si Anis beda lagi. Berhubung lokasi sekolahnya itu ada di dekat Persada, otomatis dia lebih memilih untuk menyetor berkasnya langsung ke Persada. Waktu dia mau ngumpulin berkas, berkasnya itu diperiksa dulu oleh satpam Persada, dilihat sudah dilegalisir atau belum. Awalnya si Anis ngelegalisir berkasnya karena untuk jaga-jaga saja, tapi kelihatannya kalau satpamnya sampai memeriksa secara teliti begitu, sepertinya berkas pendaftar memang wajib dilegalisir =_= fix banget deh kalau saya nggak bakal lolos. Pupus harapan saya.
Hari pengumuman pun tiba. Walaupun saya sudah hopeless banget, tapi saya tetap coba untuk mengecek pengumumannya. Kalau tidak salah (seingat saya ya), yang lolos dari IPA hanya sekitar 40-an orang saja. IPS jauh lebih sedikit, jauh, tapi lupa jumlahnya. Saya coba search nama saya (berharap ada mukjizat), tapi ternyata memang tidak ada. Lalu saya coba cari nama lengkap si Anis, ternyata namanya tidak ada juga. Lalu saya coba tanya kabar pengumuman dari si Agan, ternyata dia juga tidak lolos.
Dari pengalaman itu bisa ditarik kesimpulan, bahwa seleksi Mitsui Bussan itu sangat ketat walaupun literally memang benefitnya lebih besar dari Monbukagakusho dan tes nya juga lebih mudah. Mengapa?
1. Pendaftar dengan dokumen lengkap dan memenuhi persyaratan (misalnya sudah dilegalisir) pun belum tentu lolos.
2. FYI, saya dapat info dari si Agan. Dia bilang, di web Persada sebenarnya bisa dilihat jumlah downloader form pendaftarannya, katanya sih yang mendownload ada sekitar 2000 orang. Lalu, isa kita lihat kalau yang lolos seleksi berkas tidak lebih dari 70 orang.
3. Tahun 2012 hanya dua orang saja yang berasil mendapatkan beasiswa MiBu (bersaing dengan 2000 orang, 1:1000)
4. Menurut saya, bibit bebet bobot peserta dan seberapa harum nama sekolahnya juga jadi penentu. Dua orang yang lolos MiBu 2012 berasal dari SMAN 8 Jakarta dan SMA Husni Thamrin (dua-duanya sekolah tingkat dewa, muridnya banyak yang menjadi peserta olimpiade-olimpiade nasional hingga internasional). Saya juga mengamati bahwa di hasil pengumuman, peserta yang lolos adalah peserta yang berasal dari sekolah yang itu-itu saja. Misalnya (contoh), ada 3-5 orang yang lolos dari SMAN 1 Bogor, lalu 3-5 orang dari SMAN 8 Jakarta, kemudian dari sekolah A ada sekitar 2-3 orang. Menurut saya, MiBu berani meloloskan beberapa anak dari sekolah yang sama karena di tahun-tahun sebelumnya, murid sekolah tersebut juga banyak yang bisa lolos seleksi MiBu dan tentunya MiBu juga sudah tau kualitas dari siswa-siswa sekolah ternama tersebut.
Begitulah manis getir pengalaman saya mengenai MiBu. Sedih memang menerima kenyataan itu, tapi ternyata Tuhan punya rencana lain, Dia lebih ingin saya kuliah di sini dan tinggal menemani kedua orang tua saya daripada membiarkan saya menuntut ilmu nan jauh di sana. Alhamdulillah, belum lama setelah pegumuman MiBu, saya diterima di PTN dan jurusan idaman saya melalui jalur undangan. Itu benar-benar menjadi pelipur lara sekaligus berkah buat saya, maklum saya waktu itu benar-benar malas prepare untuk tes tertulis masuk PTN (SBMPTN dan SIMAK UI), gak kebayang bisa masuk PTN atau nggak kalau harus ikut tes tertulis. Di balik batu memang tidak selalu ada udang, bisa jadi ada kepiting, rumput laut, ada Patrick si bintang laut, atau bahkan tidak ada apa-apa. Di balik suramnya pengalaman tentang MiBu, ternyata ada berkah lain buat saya. Apa yang bisa kita temukan di balik kegagalan dan kesusahan itu tergantung dari usaha kita, doa kita dan tentunya restu Yang Maha Kuasa.
Sepintas, peluang untuk mendapatkan beasiswa Mitsui Bussan memang mudah. Peminatnya memang tidak sebanyak Monbusho, tetapi juga bukan berarti bahwa peminatnya sedikit dan punya kuota penerima beasiswa yang sama/lebih banyak dari Monbusho. Monbusho mungkin menyodorkan tes yang lebih sulit karena pendaftarnya sangat banyak dan dia menyediakan kuota lebih banyak untuk penerima beasiswa, sedangkan MiBu menyodorkan tes yang lebih mudah karena kuota penerima beasiswanya sedikit dan dia punya kriteria tersendiri untuk peserta yang patut lolos. Well, segala sesuatu memang punya kelebihan sampai kekurangan, bahkan termasuk program beasiswa. Saya menulis artikel ini bukan untuk melemahkan mental para pendaftar MiBu dengan mengiming-imingkan bahwa MiBu sangat selektif memlilih pendaftar, melainkan dengan harapan agar para pendaftar bisa lebih mempersiapkan segala sesuatunya agar bisa lolos seleksi MiBu. Segala hal yang saya tulis disini adalah berdasarkan pengamatan, perspektif dan pengalaman pribadi saya, belum tentu fakta tapi juga bukan berarti saya asal tulis tanpa dasar dan observasi. Semoga tulisan ini bisa berguna bagi Anda.
Yap, di dua artikel itu seingat saya membicarakan tentang berkas yang dilegalisir, semisal fotokopi rapot, nilai UN dan surat rekomendasi kepala sekolah. Sebenarnya saya tidak melegalisir kedua berkas tersebut bukan karena saya lupa atau tidak tahu, tapi karena saya tidak melihat ada requirement untuk melegalisir berkas di prospectus. Saya bingung harus tanya ke siapa mengenai hal itu. Saya sudah coba untuk mengirim email ke PERSADA, tapi tidak kunjung dibalas. Terinspirasi dari usaha si penulis di artikel 1 ketika sedang galau-galaunya menunggu pengumuman MiBu, saya pun akhirnya mencoba mencari akun twitter si penulis artikel 2 dan akhirnya ketemu juga! Saya mencoba mention dia untuk tanya-tanya seputar pengumuman MiBu. Dia sempat jawab sekali walaupun di ujung jawabannya bilang, "...tapi maaf ya saya sudah lupa tentang itu, karena saya mendaftar dulu banget tahun 2010". Lalu, setelah saya menanyakan "waktu itu berkas kakak dilegalisir apa ngga kak?", dia tidak menjawab lagi.
Ya memang sih, menanyakan berkas beasiswa tidak dilegalisir atau tidak itu memang seperti orang bodoh. Jelas-jelas untuk mendaftar apapun ya harus menyertakan dokumen yang dilegalisir. Duh, pokoknya, waktu itu saya jadi kesal sendiri. Saya suda coba untuk add profilenya si penulis artikel 1 di facebook untuk tanya-tanya, berharap dia masih ingat seputar pendaftaran MiBu karena dia mendaftar di tahun 2012, tapi tidak dikonfirm hingga sekarang. Saya tidak menghubungi dia via twitter karena twitternya tidak pernah di update lagi, jadi mau tidak mau menghubungi lewat facebook adalah satu-satunya jalan.
Di tengah keputusasaan itu, tiba-tiba ide brilian datang. Saya kepikiran untuk mencari pendaftar MiBu 2013 menggunakan fitur search di twitter. Alhamdulillah ketemu beberapa orang, lalu saya memutuskan untuk bertanya kepada dua orang saja, karena keliahatnnya dua orang itu cukup update dan dari tweetnya kelihatan kalau mereka sudah mengumpulkan berkas pendaftaran. Yang satu menggunakan account pseudonim (saya tidak tahu namanya, sebut saja Agan) dan yang satu lagi namanya Anis. Dua-duanya sekolah di Jakarta dan dua-duanya bilang bahwa berkas yang mereka kasih sudah dilegalisir >_<" . Si Agan bilang, katanya persyaratan tentang harus dilegalisir atau tidaknya itu sudah tertulis di prospectus (tapi saya nggak lihat). Kalau si Anis beda lagi. Berhubung lokasi sekolahnya itu ada di dekat Persada, otomatis dia lebih memilih untuk menyetor berkasnya langsung ke Persada. Waktu dia mau ngumpulin berkas, berkasnya itu diperiksa dulu oleh satpam Persada, dilihat sudah dilegalisir atau belum. Awalnya si Anis ngelegalisir berkasnya karena untuk jaga-jaga saja, tapi kelihatannya kalau satpamnya sampai memeriksa secara teliti begitu, sepertinya berkas pendaftar memang wajib dilegalisir =_= fix banget deh kalau saya nggak bakal lolos. Pupus harapan saya.
Hari pengumuman pun tiba. Walaupun saya sudah hopeless banget, tapi saya tetap coba untuk mengecek pengumumannya. Kalau tidak salah (seingat saya ya), yang lolos dari IPA hanya sekitar 40-an orang saja. IPS jauh lebih sedikit, jauh, tapi lupa jumlahnya. Saya coba search nama saya (berharap ada mukjizat), tapi ternyata memang tidak ada. Lalu saya coba cari nama lengkap si Anis, ternyata namanya tidak ada juga. Lalu saya coba tanya kabar pengumuman dari si Agan, ternyata dia juga tidak lolos.
Dari pengalaman itu bisa ditarik kesimpulan, bahwa seleksi Mitsui Bussan itu sangat ketat walaupun literally memang benefitnya lebih besar dari Monbukagakusho dan tes nya juga lebih mudah. Mengapa?
1. Pendaftar dengan dokumen lengkap dan memenuhi persyaratan (misalnya sudah dilegalisir) pun belum tentu lolos.
2. FYI, saya dapat info dari si Agan. Dia bilang, di web Persada sebenarnya bisa dilihat jumlah downloader form pendaftarannya, katanya sih yang mendownload ada sekitar 2000 orang. Lalu, isa kita lihat kalau yang lolos seleksi berkas tidak lebih dari 70 orang.
3. Tahun 2012 hanya dua orang saja yang berasil mendapatkan beasiswa MiBu (bersaing dengan 2000 orang, 1:1000)
4. Menurut saya, bibit bebet bobot peserta dan seberapa harum nama sekolahnya juga jadi penentu. Dua orang yang lolos MiBu 2012 berasal dari SMAN 8 Jakarta dan SMA Husni Thamrin (dua-duanya sekolah tingkat dewa, muridnya banyak yang menjadi peserta olimpiade-olimpiade nasional hingga internasional). Saya juga mengamati bahwa di hasil pengumuman, peserta yang lolos adalah peserta yang berasal dari sekolah yang itu-itu saja. Misalnya (contoh), ada 3-5 orang yang lolos dari SMAN 1 Bogor, lalu 3-5 orang dari SMAN 8 Jakarta, kemudian dari sekolah A ada sekitar 2-3 orang. Menurut saya, MiBu berani meloloskan beberapa anak dari sekolah yang sama karena di tahun-tahun sebelumnya, murid sekolah tersebut juga banyak yang bisa lolos seleksi MiBu dan tentunya MiBu juga sudah tau kualitas dari siswa-siswa sekolah ternama tersebut.
Begitulah manis getir pengalaman saya mengenai MiBu. Sedih memang menerima kenyataan itu, tapi ternyata Tuhan punya rencana lain, Dia lebih ingin saya kuliah di sini dan tinggal menemani kedua orang tua saya daripada membiarkan saya menuntut ilmu nan jauh di sana. Alhamdulillah, belum lama setelah pegumuman MiBu, saya diterima di PTN dan jurusan idaman saya melalui jalur undangan. Itu benar-benar menjadi pelipur lara sekaligus berkah buat saya, maklum saya waktu itu benar-benar malas prepare untuk tes tertulis masuk PTN (SBMPTN dan SIMAK UI), gak kebayang bisa masuk PTN atau nggak kalau harus ikut tes tertulis. Di balik batu memang tidak selalu ada udang, bisa jadi ada kepiting, rumput laut, ada Patrick si bintang laut, atau bahkan tidak ada apa-apa. Di balik suramnya pengalaman tentang MiBu, ternyata ada berkah lain buat saya. Apa yang bisa kita temukan di balik kegagalan dan kesusahan itu tergantung dari usaha kita, doa kita dan tentunya restu Yang Maha Kuasa.
Sepintas, peluang untuk mendapatkan beasiswa Mitsui Bussan memang mudah. Peminatnya memang tidak sebanyak Monbusho, tetapi juga bukan berarti bahwa peminatnya sedikit dan punya kuota penerima beasiswa yang sama/lebih banyak dari Monbusho. Monbusho mungkin menyodorkan tes yang lebih sulit karena pendaftarnya sangat banyak dan dia menyediakan kuota lebih banyak untuk penerima beasiswa, sedangkan MiBu menyodorkan tes yang lebih mudah karena kuota penerima beasiswanya sedikit dan dia punya kriteria tersendiri untuk peserta yang patut lolos. Well, segala sesuatu memang punya kelebihan sampai kekurangan, bahkan termasuk program beasiswa. Saya menulis artikel ini bukan untuk melemahkan mental para pendaftar MiBu dengan mengiming-imingkan bahwa MiBu sangat selektif memlilih pendaftar, melainkan dengan harapan agar para pendaftar bisa lebih mempersiapkan segala sesuatunya agar bisa lolos seleksi MiBu. Segala hal yang saya tulis disini adalah berdasarkan pengamatan, perspektif dan pengalaman pribadi saya, belum tentu fakta tapi juga bukan berarti saya asal tulis tanpa dasar dan observasi. Semoga tulisan ini bisa berguna bagi Anda.
wow.. keren ! semoga berguna.. aamiin ^^
ReplyDeletehehehe.. thanks min, jd dpt pengalaman dr baca artikel mimin ;((
ReplyDeleteWah, makasih banget, ngebantu banget nih! :))
ReplyDeletesyukurlah ^^ semoga artikelnya bisa terus berguna buat kedepannya
ReplyDeleteKak, saya udah daftar mitsui, udah isi form di webnya jg trus kan katanya baakal di emaik registration numb nya, tp belum di email juga :( tp sih di formnya udah ada sebenernya. Gmn ya? Sedangkan di persyaratan harus nyertain copy email dr program yg ada registration numbnya :(
ReplyDeleteTerharu bacanya. Tapi thank you banget deh.... :D
ReplyDeleteMau tanya kak. Waktu MiBu 2013 pakai pendaftaean online jg ngga? Klo pk, apa harus di tanda tangani?
ReplyDelete