Sama halnya dengan beberapa negara lain, di Jepang pun, terdapat beberapa hal yang dilarang dilakukan oleh wanita. Larangan tersebut biasanya masih dalam konteks kepercayaan (agama) saja. Walaupun kepercayaan di Jepang sendiri telah berkembang dan mengalami perubahan seiring waktu berlalu, namun tidak berarti bahwa substansi dari agama tersebut yang bersifat konservatif (kolot) mengalami perubahan secara keseluruhan.
Berikut ini adalah 4 hal yang dilarang dilakukan oleh wanita di Jepang. Larangan ini dibagi menjadi 'larangan' dan 'semi-larangan'. Larangan memungkinkan adanya perempuan, sedangkan semi-larangan mengizinkan wanita tetapi hanya kadang-kadang.
1. Larangan: Mendaki puncak Gunung Omine
Berikut ini adalah 4 hal yang dilarang dilakukan oleh wanita di Jepang. Larangan ini dibagi menjadi 'larangan' dan 'semi-larangan'. Larangan memungkinkan adanya perempuan, sedangkan semi-larangan mengizinkan wanita tetapi hanya kadang-kadang.
1. Larangan: Mendaki puncak Gunung Omine
Alasan: Wanita merupakan gangguan
Gunung Omine merupakan gunung suci yang terletak di prefektur Nara dan diakui sebagai situs warisan dunia UNESCO pada tahun 2004.
Menurut kepercayaan masyarakat Buddha setempat, wanita merupakan gangguan bagi para peziarah. Dahulu kala, sifat memikat perempuan dipercaya akan mengalihkan perhatian jamaah laki-laki dari tugas asketis mereka. Peraturan ini sudah ada sejak lebih dari 1300 tahun lalu.
Gunung Omine merupakan gunung suci yang terletak di prefektur Nara dan diakui sebagai situs warisan dunia UNESCO pada tahun 2004.
Menurut kepercayaan masyarakat Buddha setempat, wanita merupakan gangguan bagi para peziarah. Dahulu kala, sifat memikat perempuan dipercaya akan mengalihkan perhatian jamaah laki-laki dari tugas asketis mereka. Peraturan ini sudah ada sejak lebih dari 1300 tahun lalu.
Di gunung Omine terdapat papan yang bertuliskan pesan yang ditujukan kepada turis sebagai berikut.
Papan tersebut berisi pesan bahwa wanita dilarang mendaki lebih jauh melalui gerbang
2. Larangan: Masuk ke ring sumo, berpartisipasi dalam kompetisi sumo dan ritualnya
2. Larangan: Masuk ke ring sumo, berpartisipasi dalam kompetisi sumo dan ritualnya
Alasan: Wanita mengganggu esensi kemurnian ring sumo
Asosiasi sumo mengkalim bahwa perempuan, secara tradisi tidak diizinkan untuk mengambil bagian dalam kegiatan sumo selama berabad-abad. Apabila ketentuan tersebut diubah, maka akan menjadi aib bagi nenek moyang mereka. Selain itu, ada dugaan bahwa sumo wanita tidak berperan dalam beberapa ritual Shinto di masa lalu
Saat ini, telah ada liga profesional bagi para pesumo wanita yang disebut onnazumo. Onnazumo telah ada sebagai olahraga amatir sejak awal abad ke-18, dan sekarang merupakan olahraga modern di Jepang yang melibatkan perempuan di segala usia. Namun, perempuan masih dilarang memiliki status profesional. Video onnazumo dapat dilihat disini:
3. Semi-larangan: Menginap di hotel kapsul
Alasan: Hotel kapsul ditargetkan untuk businessmen
Hampir semua hotel kapsul diperuntukkan untuk laki-laki saja. Hal ini dikarenakan hotel ini ditargetkan bagi para pebisnis laki-laki yang cenderung minum-minum sampai malam hingga ketinggalan kereta dan tidak bisa pulang. Sedangkan, wanita dianggap cenderung lebih jarang melakukan hal tersebut. Beberapa hotel kapsul telah menambahkan lantai khusus perempuan, tetapi tidak banyak.
Berikut ini merupakan hotel kapsul yang masih menerima wanita dengan website berbahasa Inggris: Asahi Plaza di Osaka; Green Plaza di Tokyo dan Nine Hours yang terdapat di dua lokasi: Bandara Narita dan Kyoto.
4. Semi-Larangan: Menjadi chef sushi
Alasan: Tangan wanita terlalu hangan dapat merusak rasa sushi
Masalah ini telah dibahas dalam beberapa media Inggris, dan hal ini dinyatakan sebagai mitos masyarakat oleh National Public Radio di Amerika Serikat. Namun kepercayaan ini belum hilang di Jepang.
Alasan lainnya adalah wanita tidak boleh menjadi chef sushi karena mereka menstruasi. Siklus menstruasi mereka dianggap berpengaruh terhadap ketidakseimbangan dalam selera wanita, dan tentunya berpengaruh pada cita rasa sushi. Namun, peluang wanita menjadi chef sushi setelah menopause tidak diuraikan.
0 comments:
Post a Comment