11:42 PM
0
"Mayoritas penduduk Jepang beragama Shinto dan Buddha", pernyataan yang tidak salah karena dua tempat ibadah tersebut lah yang paling dominan ditemukan di negeri sakura. Tetapi dalam realita, kehidupan beragama di Jepang agak melenceng dengan pernyataan tersebut. Berikut adalah fakta tentang kehidupan beragama di Jepang.

1. Jepang Negara Sekuler
Artinya, negara tidak campur tangan soal urusan agama. Kantor departemen agama, menteri agama dan urusan ketatanegaraan soal agama tidak ada. Agama hanya dibahas dalam konteks sejarah.

2. Orang Jepang Tidak Beragama
Jika ditanya soal agama apa yang dianutnya, umumnya mereka akan menjawab, "Saya tidak beragama", dan yang cenderung menanyakan adalah orang asing, bukan sesama orang Jepang. Jika mereka tidak biasa berbicara dengan orang asing, mereka cenderung menjawab "tidak tahu". Sebagian lagi mungkin menjawab 'Buddha' atau 'Kristen'. Namun, bila ditanya lebih jauh soal ajaran dari agamanya, umumnya mereka akan menjawab "tidak tahu".

3. Agama Bukan Sesuatu yang Penting
Berikut adalah hasil survey yang dipublikasikan pada buku Japan religion and Society Pradigms of Stucture and Change, karangan Winston Davis, 1992.



Dari tabel di atas, tampak bahwa 44% responden menganggap agama bukan sesuatu yang penting. Lalu apa yang penting bagi mereka? Yang penting adalah perilaku sopan santun yang dimiliki oleh mereka, yang mungkin dipengaruhi oleh ajaran Buddha yang lebih mementingkan perbaikan perilaku dan pencarian diri dibandingkan dengan pencarian Tuhan atau agama. Agama tidak berhubungan dengan moralitas yang mereka miliki. Sebagian besar orang Jepang juga jauh lebih mementingkan dunia kerja mereka, karena bagi mereka dunia kerja adalah pedoman hidup.

4. Agama adalah sesuatu yang 'freak'
Kebanyakan orang Jepang akan memandang negatif segala aktivitas yang berbau agama dan ketuhanan, bahkan sebagian kecil beranggapan bahwa agama hanya cocok dipelajari oleh orang yang memiliki kelainan mental / sakit jiwa. Kalau pembicaraan seseorang sudah menyerempet urusan seperti itu, dijamin akan dianggap gila -_-

5) Agama adalah kebebasan
Mereka sama sekali tidak mau terikat dengan satu paham agama tertentu. Jadi wajar kalau masyarakat Jepang menjalankan berbagai ritual agama campur aduk tanpa memperdebatkannya. Misalnya, di hari X berdoa di kuil Shinto, di hari Y berdoa di kuil Buddha, di malam natal ikut merayakan natal. Soal upacara pernikahan, orang jepang bebas memilihnya, mau pilih ala Jepang (dilangsungkan di kuil Shinto) atau ala barat (dilangsungkan di Gereja) tanpa pernah memusingkan agama apa yang sebenarnya dianut oleh mereka. Bangunan kuil baik Shinto maupun Buddha bebas dimasuki siapa saja. Anda juga bisa datang sekedar untuk rekreasi.

6) Toleransi Beragama
Faktanya, sebagian orang Jepang sangat menghargai toleransi beragama. Gereja bisa dijumpai di banyak tempat, bersebelahan dengan kuil atau jinja. Tidak ada perdebatan antar agama. Bahkan agama Islam yang selalu 'gembar-gembor' diperdebatkan di Amerika atau Eropa tetap bisa berdiri dan diterima di Jepang.

Ternyata, kehidupan beragama di Jepang sangat berbeda dengan kehidupan beragama di negara kita ya. Terlepas dari Shinto dan Buddha yang menjadi kepercayaan mayoritas orang Jepang, agama lain yang ada di Jepang dan tentunya menjadi minoritas yaitu  Bahá'í Faith, Kristen, Islam, Hindu, Yahudi, Ryukyuan, Jainism, Taoism.

Artikel terkait :

Reffrence : www.eonet.ne.jp

Tags :
Religion in Japan, kepercayaan masyarakat Jepang, Agama di Jepang

0 comments:

Post a Comment