Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah asal usul, perkembangan dan peranan masyarakat di masa lampau berdasarkan metode dan metodologi tertentu. Salah satu tujuan pelajaran sejarah adalah menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat dimplementasikam dalam berbagai bidang kehidupan, baik nasional maupun internasional. Asal-usul manusia di kepulauan negara kita, Indonesia juga sangat penting untuk dipelajari. Untuk merealisasikan rasa bangga dan cinta tanah air tersebut, maka kami menyusun makalah ini, yang diharapkan dapat berguna ditengah krisis dewasa ini dimana para penerus bangsa enggan mempelajari kisah-kisah di masa lalu.
Kami menyadari, bahwa susunan dan materi yang terkandung dalam
makalah ini
belumlah sempurna, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun terutama dari guru mata pelajaran Sejarah sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
belumlah sempurna, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun terutama dari guru mata pelajaran Sejarah sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Jakarta, Maret 2011
Penyusun
BAB I
PERADABAN AWAL MASYARAKAT DUNIA YANG BERPENGARUH DI INDONESIA
- Budaya Bacson Hoabinh
Budaya Bacson Hoabinh ini
di gunakan sejak tahun 1920 an , yaitu untuk menunjukan suatu tempat pembuatan
alat alat baru yang khas dengan ciri dipangkas pada salah satuatau dua sisi
permukanya. Ciri khas nya adalah penyerpihan pada satu atau dua sisi permukaan
batu kali kiranglebih satu kepalan dan sering kali seluruh tepianya menjadi
bagian yang tajam . Hasil penyerpihannya
menunjukan macam macam bentuk yaitu lonjong segiempat, segitiga , beberapa
diantaranya mempunyai bentuk berpinggang.
Penemuan alat dari batu paling banyak di temukan dalam penggalian di pegunungan batu kapur di daerah vietnam utara , yaitu bachson di pegunungan hoabinh.
Penemuan alat dari batu paling banyak di temukan dalam penggalian di pegunungan batu kapur di daerah vietnam utara , yaitu bachson di pegunungan hoabinh.
- Budaya Dong Son
Pembuatan perunggu di
Vietnam Utara dimulai sekitar 2500 smdan dihubungkan dengan budaya Dong Dau dan
Go Mun . Penemuan kebuadayaan Dong Son sangat penting karena benda benda logam
yang di temukan di daerah Indonesia umunya bercorak Dong Son , bukan bercorak
India maupun china . ( Dong Son wilayah Vietnam utara ) , tidak kurang dari 56
nekara berhasil di temukan di daerah pulau Sumatra , Jawa Maluku Selatan .
- Budaya Sa Huynh
Budaya Sa Hyunh yang
berasal dari Vietnam bagian selatan didukung oleh suatu kelompok penduduk yang
berbahasa Austronesia yang kemungkinan berasal dari daerah kepulauan Indonesia.
Dari sudut pandang
Indonesia , keberadaan orang-orang Cham dekat dengan pusat pusat penemuan benda
benda logam di Vietnam utara pada akhir massa prasejarah mempunyai arti yang
sangat penting karena mereka adalh kelompok masyarakat yang menggunakan bahasa
Austronesia dan mempunyai kedekatan kebangsaan dengan masyarakat yang tinggal
di kepulauan Indonesia .
Dengan demikian benda
benda perunggu yang tersebar sampai ke wilayah Indonesia melalui jalur jalur
antara lain :
·
Melalui jalur darat yaitu
Muangthai dan Malaysia terus keü kepulauan Indonesia
·
Melalui jalur laut yaitu
dengan menyebrangi lautan danü terus tersebar di daerah kepulauan Indonesia .
BAB II
Asal-usul dan Persebaran Manusia
Pada
bagian ini, kami akan menjelaskan tentang asal-usul dan persebaran manusia.
Mencakup DNA mitokondria yang membahas tentang nenek moyang manusia modern.
Data – data tentang bab ini kami ambil dari berbagai sumber.
1.
Asal mula
manusia modern
Fosil- fosil dan
artefak yang ditinggalkan oleh manusia purba dimasa pengembaraan mereka,
menjadi satu-satunya petunjuk untuk penelitian persebaran manusia purba.
Seiring berjalannya
waktu, teknologi yang berkaitan dengan penelitian ini telah ditemukan. Salah
satu teknologi itu adalah teknologi genetika. Penerapan teknologi genetika
telah digunakan dalam penelitian ini.
Idenya adalah,
menggunakan DNA mitokondria (mtDNA)
untuk mengetahui hubungan antar populasi. Dasar persamaan genetik digunakan
untuk mengungkap cikal bakal manusia modern.
Menurut salah satu buku
refrensi kami, penelitian membuktikan bahwa kode- kode genetika manusia atau
genom ternyata 99,9 % identik di seluruh dunia. Selebihnya adalah DNA yang
bertanggung jawab membedakan setiap individu seperti, warna mata ,resiko
penyakit, dan DNA yang fungsinya tidak begitu jelas.
Mutasi acak yang tidak
berbahaya dapat terjadi dalam DNA manusia. Namun tetap saja, mutasi-mutasi yang
memberikan petunjuk tetap terlindungi. Salah satunya adalah DNA mitokondria
yang selalu diteruskan utuh dari ibu kepada anaknya. Contoh lain terjadi pada
kromosom Y yang menentukan laki-laki,
berpindah utuh dari ayah ke anak laki-laki.
Dari penelitian
tersebut juga, para ilmuan dapat menyimpulkan bahwa, seluru manusia modern
sekarang ini , semua merupakan satu kerturunan. Atau satu nenek moyang (“Hawa”
mitokondria). Hawa mitokondria segara bergabung dengan “Adam kromosom Y”. Bisa
dikatakan semua umat manusia terkait dengan Hawa mitokondria, melalui rantai
para ibu yang tidak pernah terputus.
Kesimpulan dari
penelitian tersebut menjelaskan sesuatu. Bahwa,manusia modern bukan merupakan
keturunan dari manusia purba semacam Homo sapiens yang hidup sekitar 500.000
tahun yang lalu. Atau bahkan, spesies yang lebih tua seperti Homo habilis, Homo
ergaster ,dan Homo erectus.
Kemudian
kita akan menggali lebih dalam lagi tentang penerapan teknologi genetika untuk
prsebaran manusia. Pada poin selanjutnya.
2. Variasi suku bangsa dalam menentukan persebaran
manusia
Variasi atau
keberagaman antara satu kelompok ke krlompok lain, dapat menjadi petunjuk dalam
penyebaran manusia.
Gen dapat bermutasi.
Secara alamiah, gen tersebut memang tidak membahayakan atau pun membawa akibat
buruk. Hanya saja mutasi tersebut menghasilkan individu yang memiliki has
tertentu. Mutasi tersebut juga menghasilkan sifat keraagaman sel yang disebut
dengan polimorfisme.
Polimorfisme, ternyata
dapat juga digunakan sebagai penelitian asal usul manusia dan berbagai hubungan
seperti, kekerabatan antar ras dan suku, serta membedakan ras yang satu dengan
yang lain.
Ini membuktikan bahwa
jauh dekatnya kekerabatan suatu populasi atau kelompok dapat dilihat dari
persamaan variasi suku bangsa tersebut. Jika jumlah variasi yang memisahkan dua
kelompok etnik, semakin jauh kekerabatanya. Namun terjadi hal yang sebaliknya.
Jika ada dua orang yang mtDNA nya persis sama, maka kemungkinan besar mereka
memiliki hubungan kekerabatan yang sangat dekat.
3. Daerah asal manusia
Sejak lama para ilmuan
telah meneliti tentang daerah asal manusia. Atau bisa dikatakan peradaban awal
manusia di muka bumi. Pada poin ini kami akan menjelaskan tentang hal tersebut.
Masih dengan
menggunakan teknologi genetika mtDNA, para ilmuan mencoba untuk mengungkap
daerah asal manusia.
Dipimpin oleh seorang
ilmuan yang bernama Allan Wilson dan rekan- rekan di University of California,
Barkeley. Mereka mulai meneliti di pertengahan tahun 1980-an. Mereka
membandingkan mtDNA wanita- wanita di seluruh dunia, dan menemukan bahwa
wanita-wanita keturunan Afrika menunjukan keanekaragaman yang lebih banyak dua
kali lipat, dibanding keturunan lainnya.
Max Ingman doctor
genetik asal Amerika, menyatakan pendapat yang senada dengan pendapat tadi.
Beliau menyatakan bahwa, kemungkinan besar manusia modern berasal dari suatu
tempat di daratan Afrika, berkisar 100-200 ribu tahun lalu. Dari sanalah para
nenek moyang, menyebar ke berbagai tempat. Gen-gen penyusun manusia modern ini,
sama sekali tidak tercampur gen manusia purba.
4. Perjalanan manusia modern
Oppenheimer, memaparkan pendapat sebagian besar ahli dunia tentang persebaran
manusia sejak lahir di tanah Afrika sekitar 170 ribu tahun silam.
Pada 90-85 ribu tahun silam, sekelompok manusia meninggalkan
Afrika ke timur, lewat Laut Merah. Dalam 10 ribu tahun, mereka terus
bergeser mengikuti garis pantai Asia
hingga sampai ke pantai di Cina.
Dari sisi genetis, pendekatan Oppenheimer itu didukung oleh
para pakar genetika. Penelitian hampir 100 ilmuwan genetika Asia, termasuk
Profesor Sangkot Marzuki yang memimpin Lembaga Eijkman, sudah memetakan genetika
manusia Asia. Hasilnya adalah, Asia Tenggara adalah pusat penyebaran (manusia
modern) setelah Afrika.
Pendapat lainnya mengatakan bahwa, setelah sampai Asia,
mereka berpencar secara berkelompok. Satu kelompok tinggal di sekitar
semenanjung Arab, India dan mugkin wilayah Asia yang lebih jauh.
Masih dari pendapat yang sama, para pengembara tadi sampai
di Australia Barat Daya 45.000 tahun yang lalu. Hal ini dapat dibuktikan dengan
ditemukannya fosil seorang laki- laki di Lake Mungo.
Tidak ada jejak fisik dalam perjalanan tersebut. Kemungkinan
sudah lenyap oleh naiknya air laut sesudah zaman es.
BAB III
ASAL USULPERSEBARAN MANUSIA INDONESIA
Berbagai
jenis ras diperkiraan berasal dari asia tengah hal tersebut didasarkan atas
penemuan tulang belulang kuno. Contohnya Papua Melanosoid, Europoid, Mongoloid,
dan Austroloid. Dari percampuran mereka lahirlah bangsa melayu yang menyebar
melalui sungai dan lembah kedaerah pantai
dikarenakan adanya wabah penyakit , ke teluk Tonkin lalu indo cina
menyebar ke Kamboja, Muang Thai yang kemudian menjadi bangsa Austroasia. Yang
kemudian mereka munuju kepulaan dan kemudian menjadi bangsa Austronesia.
Bangsa Thailand Selatan, Singapura, Indonesia,
Brunei, dan Philipina Selatan memiliki kesamaan terhadap bangsa cina di sebelah
timur dan bangsa India di sebelah barat
- Penyebaran Manusia dan Bahasa Austronesia
Bahasa
di asia tengah berasal dari keluarga sinn-tibet yang melahirkan bahasa Cina, Siam,
Tibet, Miao, Yiu, dan Burma. Penyebaran keselatan melahirkan bahasa Dravida,yaitu
Telugu, Tamil, Malayalam, sedangkan penyebaran ke Asia Timur dan Tenggara
melahirkan bahasa Austronesia yang menurunkan bahasa Melayu, Melanesia, Mikronesia,
Polinesia.
Oleh
karena itu ada kesamaan istilah ,bahasa,nama hewan dan tumbuhan,jadi bangsa
pendukung bahasa Austronesia itu berasal dari daerah campa.cochin china,dan
kamboja dan daerah di sekitar pantai ,
namun wilayah itu bukanlah penduduk asli.tempat asal mereka berada di daerah yang jauh lebih
tinggi.
- Penyebaran Pendukung Kebudayaan Kapak Persegi
Menurut
Kern dan Von Heine Geldern persebaran
kapak persegi berasal dari daerah Yunan
di Cina Selatan , yaitu di daerah hulu sungai sungai terbesar di Asia Tenggara
seperti di sungai Brahmaputra, Irrawaddy, Salwin, Yang-tse-kiang, sungai
Mekhong, dan sungai Menam. Dengan melalui lembah sungai itu kebudayaan dan
manusia pendukungnya menyebar menuju hilir sungai sehingga sampai ke asia
tenggara bagian utara. Disini kebudayaan itu mempunyai cabang kebudayaan kapak
bahu. Dalam perkembangnya masing-masing
berdiri sendiri dan mempunyai jalan penyebaran yang berbeda. Pendukung
kebudayaa kapak persegi yaitu adalah bangsa Austronesia,mempunyai pusat di
daerah Tonkin. Karena mereka memiliki
kepandaian membuat perahu bercadik, mereka berlayar menggunakan perahu tersebut
ke Malaysia barat kemudian ke Sumatra, Jawa, Bali, dan terus ke timur. Sebagian
menuju Kalimantan, dari Kalimantan barat laut kebudayaan kapak persegi tersebar
ke Philipina , Formosa, dan Jepang .
- Penyebaran Manusia dengan Perahu Bercadik
Hornell yang mengadakan penyelidikan terhadap jenis-jenis perahu di Nusantara dan negar-negara disekitarnya menyimpulkan bahwa perahu bercadik adalah perahu khas bangsa Indonesia. Di India selatan ada beberapa suku yang menurut corak kebudayaan dan fisiknya banyak menyerupai orang Indonesia. Diantaranya suku terkenal sebagai penyelam mutiara di teluk Manar. Mereka juga menggunakan perahu bercadik, sedangkan suku Shanar kehidupannya terutama dari perkebunan kelapa. Tanaman kelapa tersebut diperkirakan berasal dari Indonesia melalui Srilangka.
- Gelombang Kedatangan Penduduk dari Asia Daratan ke Wilayah Nusantara
Berdasarkan
fosil-fosil yang telah di temukan di wilayah Indonesia dapat diketahui bahwa
sejak 2 juta tahun yang lalu wilayah ini telah di huni. Penhuninya adalah
manusia-manusia purba dengan kebudayaan seperti : meganthropus paleojavanicus,
pithecanthropus erectus, pithecanthropus soloensis dan homo wajakensis.
Manusia-manusia purba ini utamanya homo wajakensis lebih mirip dengan
manusia-manusia yang kini dikenal sebagai penduduk asli Australia, aborigin.
Dengan demikian,”penduduk asli Indonesia” adalah kaum negroid atau melanesoid atau astroloid, yang berkulit hitam. Wilayah nusantara kemudian kedatangan bangsa melanesoid yang berasal dari Tonkin, tepatnya dari bacson-hoabinh. Dari artefak-artefak yang ditemukan di tempat asalnya menunjukan bahwa induk bangsa ini berkulit hitam, berbadan kecil dan termasuk tipe veddoid-austrolaid.
Sebelum didatangi bangsa-bangsa pengembara dari luar, tanah dinusantara belum menjadi kepemilikan siapa pun. Hal ini berbeda dengan Manusia Indonesia Purba yang tidak memerlukan tanah sebagai modal untuk hidup karena mereka berpindah-pindah. Ketika sampai di satu tempat yang dilakukannya adalah mengumpulkan makanan (food gathering). Biasanya mencari lembah-lembah atau wilayah yang terdapat aliran sungai untuk mendapatkan ikan atau kerang (terbukti dengan ditemukannya fosil-fosil manusia purba diwilayah nusantara di lembah-lembah sungai), walaupun tidak tertutup kemungkinan ada pula yang memilih mencari di pedalaman.
Ketika bangsa Melanesoid datang, mereka mulai menetap, walaupun seminomaden. Jika sudah tidak mendapatkan lagi makanan mereka akan pindah. Oleh karena itu, mereka memilih daerah yang banyak menghasilkan. Wilayah aliran sungai pula yang akan menjadi targetnya. Alat-alat sederhana seperti: kapak genggam atau choppers, alat-alat tulang dan tanduk rusa berhadapan dengan kapak genggam yang lebih halus atau febble, kapak pendek dan sebagainya.
Kebudayaan bangsa Melanesoide ini adalah kebudayaan Mesolitikum yang sudah mulai hidup menetap dalam kelompok, sudah mengenal api, meramu dan berburu binatang. Teknologi pertanian juga sudah mereka miliki sekalipun mereka belum dapat menjaga agar satu bidang tanah dapat ditanami berkali-kali. Cara bertani mereka masih dengan sistem perladangan berpindah-pindah. Dengan demikian, mereka harus berpindah ketika lahan yang lama tidak bisa ditanami lagi atau karena habisnya makanan ternak. Gaya hidup ini dinamakan dengan seminomaden.
Dalam setiap perpindahan manusia beserta kebudayaan yang datang ke nusantara, selalu di lakukan oleh bangsa yang tingkat peradabannya lebih tinggi dari bangsa yang dating sebelumnya. Dari semua gelombang pendatang dapat di lihat bahwa mereka adalah bangsa-bangsa yang mulai bahkan telah menetap. Jika kehidupan mereka masih berpindah, maka perpindahan bukanlah sesuatu hal yang aneh.
Namun dalam kehidupan yang telah menetap, pilihan untuk meninggalkan daerah asal bukan tanpa alasan yang kuat. Ketika kehidupan mulai menetap, maka tanah yang mereka butuhkan adalah tanah sebagai media untuk tetap hidup. Mereka sangat membutuhkan tanah yang luas karena teknologi pertaniannya masih rendah.
Sekitar tahun 2000SM, bangsa melanesoid yang akhirnya menetap di nusantara kedatangan pula bangsa dan kebudayaannya lebih tinggi yang berasal dari rumpun melayu austronosia yakni bangsa melayu tua atau proto melayu, suatu ras mongoloid yang berasal dari daerah yunan, dekat lembah sungai Yang Tze, Cina Selatan.
Orang-orang melayu tua, telah mengenal budaya bercocok tanam yang cukup maju dan bahkan mereka sudah beternak. Dengan demikian mereka telah dapat menghasilkan makanan sendiri (food producing). Kemampuan ini membuat mereka dapat menetap secara lebih permanen. Pola menetap ini mengharuskan mereka untuk mengembangkan berbagai jenis dasar-dasar kebudayaan.
Mereka juga mulai membangun satu sistem politik dan pengorganisasian untuk mengatur pemukimannya. Pengorganisasian ini membuatnya sanggup belajar membuat peralatan rumah tangga dari tanah dan berbagai perlatan lain dengan lebih baik. Mereka mengenal adanya sistem kepercayaan untuk membantu menjelaskan gejala alam yang ada sehubungan dengan pertanian mereka.
Arus pendatang tidak hanya datang dalam sekali saja. Pihak-pihak yang kalah dalam perebutan tanah di daerah asalnya akan mencari tanah-tanah di wilayah lain. Demikian juga, yang menimpa bangsa melayu tua yang sudah mengenal bercocok tanam, berternak, dan menetap. Kembali lagi, daerah subur dengan aliran sungai atau mata air yang menjadi incaran. Namun kedatangan bangsa melayu tua juga memungkinkan terjadinya percampuran darah antara bangsa ini dengan bangsa Melanesia yang telah terlebih dahulu datang di nusantara.
Pada tahun 200-300SM, datanglah orang-orang melayu tua yang telah bercampur dengan bangsa aria di daratan yunan. Mereka disebut orang melayu muda atau deutero melayu dengan kebudayaan perunggunya. Kebudayaan ini lebih tinggi lagi dari kebudayaan batu muda yang telah ada karena telah mengenal logam sebagai alat perkakas hidup dan alat produksi.
Kedatangan bangsa melayu muda mengakibatkan bangsa melayu tua yang tadinya hidup disekitar aliran sungai dan pantai terdesak pula ke pedalaman karena kebudayaannya tidak banyak berubah. Dengan menguasai tanah, bangsa melayu muda dapat berkembang dengan pesat kebudayaannya bahkan menjadi penyumbang terbesar untuk cikal bakal bangsa indonesia sekarang.
Dalam kedatangan-kedatangan tersebut penduduk yang lebih tua menyerap bahasa dan adat para imigran. Jarang terjadi pemusnahan dan pengusiran bahkan tidak ada penggantian penduduk secara besar-besaran. Percampuran-percampuran inilah yang menjadi cikal bakal nusantara yang telah menjadi titik pertemuan dari ras kuning ( mongoloid ) yang bermigrasi ke selatan dari yunan, ras hitam yang di miliki oleh bangsa melanesoid
Dengan demikian,”penduduk asli Indonesia” adalah kaum negroid atau melanesoid atau astroloid, yang berkulit hitam. Wilayah nusantara kemudian kedatangan bangsa melanesoid yang berasal dari Tonkin, tepatnya dari bacson-hoabinh. Dari artefak-artefak yang ditemukan di tempat asalnya menunjukan bahwa induk bangsa ini berkulit hitam, berbadan kecil dan termasuk tipe veddoid-austrolaid.
Sebelum didatangi bangsa-bangsa pengembara dari luar, tanah dinusantara belum menjadi kepemilikan siapa pun. Hal ini berbeda dengan Manusia Indonesia Purba yang tidak memerlukan tanah sebagai modal untuk hidup karena mereka berpindah-pindah. Ketika sampai di satu tempat yang dilakukannya adalah mengumpulkan makanan (food gathering). Biasanya mencari lembah-lembah atau wilayah yang terdapat aliran sungai untuk mendapatkan ikan atau kerang (terbukti dengan ditemukannya fosil-fosil manusia purba diwilayah nusantara di lembah-lembah sungai), walaupun tidak tertutup kemungkinan ada pula yang memilih mencari di pedalaman.
Ketika bangsa Melanesoid datang, mereka mulai menetap, walaupun seminomaden. Jika sudah tidak mendapatkan lagi makanan mereka akan pindah. Oleh karena itu, mereka memilih daerah yang banyak menghasilkan. Wilayah aliran sungai pula yang akan menjadi targetnya. Alat-alat sederhana seperti: kapak genggam atau choppers, alat-alat tulang dan tanduk rusa berhadapan dengan kapak genggam yang lebih halus atau febble, kapak pendek dan sebagainya.
Kebudayaan bangsa Melanesoide ini adalah kebudayaan Mesolitikum yang sudah mulai hidup menetap dalam kelompok, sudah mengenal api, meramu dan berburu binatang. Teknologi pertanian juga sudah mereka miliki sekalipun mereka belum dapat menjaga agar satu bidang tanah dapat ditanami berkali-kali. Cara bertani mereka masih dengan sistem perladangan berpindah-pindah. Dengan demikian, mereka harus berpindah ketika lahan yang lama tidak bisa ditanami lagi atau karena habisnya makanan ternak. Gaya hidup ini dinamakan dengan seminomaden.
Dalam setiap perpindahan manusia beserta kebudayaan yang datang ke nusantara, selalu di lakukan oleh bangsa yang tingkat peradabannya lebih tinggi dari bangsa yang dating sebelumnya. Dari semua gelombang pendatang dapat di lihat bahwa mereka adalah bangsa-bangsa yang mulai bahkan telah menetap. Jika kehidupan mereka masih berpindah, maka perpindahan bukanlah sesuatu hal yang aneh.
Namun dalam kehidupan yang telah menetap, pilihan untuk meninggalkan daerah asal bukan tanpa alasan yang kuat. Ketika kehidupan mulai menetap, maka tanah yang mereka butuhkan adalah tanah sebagai media untuk tetap hidup. Mereka sangat membutuhkan tanah yang luas karena teknologi pertaniannya masih rendah.
Sekitar tahun 2000SM, bangsa melanesoid yang akhirnya menetap di nusantara kedatangan pula bangsa dan kebudayaannya lebih tinggi yang berasal dari rumpun melayu austronosia yakni bangsa melayu tua atau proto melayu, suatu ras mongoloid yang berasal dari daerah yunan, dekat lembah sungai Yang Tze, Cina Selatan.
Orang-orang melayu tua, telah mengenal budaya bercocok tanam yang cukup maju dan bahkan mereka sudah beternak. Dengan demikian mereka telah dapat menghasilkan makanan sendiri (food producing). Kemampuan ini membuat mereka dapat menetap secara lebih permanen. Pola menetap ini mengharuskan mereka untuk mengembangkan berbagai jenis dasar-dasar kebudayaan.
Mereka juga mulai membangun satu sistem politik dan pengorganisasian untuk mengatur pemukimannya. Pengorganisasian ini membuatnya sanggup belajar membuat peralatan rumah tangga dari tanah dan berbagai perlatan lain dengan lebih baik. Mereka mengenal adanya sistem kepercayaan untuk membantu menjelaskan gejala alam yang ada sehubungan dengan pertanian mereka.
Arus pendatang tidak hanya datang dalam sekali saja. Pihak-pihak yang kalah dalam perebutan tanah di daerah asalnya akan mencari tanah-tanah di wilayah lain. Demikian juga, yang menimpa bangsa melayu tua yang sudah mengenal bercocok tanam, berternak, dan menetap. Kembali lagi, daerah subur dengan aliran sungai atau mata air yang menjadi incaran. Namun kedatangan bangsa melayu tua juga memungkinkan terjadinya percampuran darah antara bangsa ini dengan bangsa Melanesia yang telah terlebih dahulu datang di nusantara.
Pada tahun 200-300SM, datanglah orang-orang melayu tua yang telah bercampur dengan bangsa aria di daratan yunan. Mereka disebut orang melayu muda atau deutero melayu dengan kebudayaan perunggunya. Kebudayaan ini lebih tinggi lagi dari kebudayaan batu muda yang telah ada karena telah mengenal logam sebagai alat perkakas hidup dan alat produksi.
Kedatangan bangsa melayu muda mengakibatkan bangsa melayu tua yang tadinya hidup disekitar aliran sungai dan pantai terdesak pula ke pedalaman karena kebudayaannya tidak banyak berubah. Dengan menguasai tanah, bangsa melayu muda dapat berkembang dengan pesat kebudayaannya bahkan menjadi penyumbang terbesar untuk cikal bakal bangsa indonesia sekarang.
Dalam kedatangan-kedatangan tersebut penduduk yang lebih tua menyerap bahasa dan adat para imigran. Jarang terjadi pemusnahan dan pengusiran bahkan tidak ada penggantian penduduk secara besar-besaran. Percampuran-percampuran inilah yang menjadi cikal bakal nusantara yang telah menjadi titik pertemuan dari ras kuning ( mongoloid ) yang bermigrasi ke selatan dari yunan, ras hitam yang di miliki oleh bangsa melanesoid
BAB IV
Pendapat Para Ahli Mengenai Kehidupan Awal
Keberadaan masyarakat awal di Kepulauan Indonesia diketahui
dan didukung oleh beberapa teori dan pendapat yang dikemukakan oleh tokoh-
tokoh ahli. Teori yang mendukung dikenal dengan teori IMIGRASI.
Menurut
Teori Imigrasi, terdapat beberapa petunjuk keberadaan masyarakat
awal
di Kepulauan Indonesia
1. Prof. Dr. H. Kern
→Bangsa
Indonesia berasal dari Asia. Teori ini didukung oleh perbandingan bahasa, karena bahasa yang dipakai di Kepulauan
Indonesia, Polinesia, Melanesia, Micronesia berawal dari satu akar bahasa yang
bernama bahasa Austronesia.
2. Van Heine Geldern
→Bangsa
Indonesia berasal dari daerah Asia. Pendapat ini didukung oleh artefak-artefak (bentuk budaya) yang
ditemukan di Indonesia memiliki banyak persamaan dengan yang ditemukan di
daratan Asia.
3. Prof. Moh Yamin
→Bangsa
Indonesia berasal dari daerah Indonesia sendiri. Hal ini dibuktikan dengan penemuan fosil-fosil dan artefak tertua dengan
jumlah terbanyak yang ditemukan di daerah Indonesia.
Pendapat Tokoh-tokoh tentang
Asal-Usul Bangsa Indonesia
- Max Muller
Asal dari bangsa Indonesia adalah daerah Asia Tenggara.
- Prof. Dr. H. Kern
Bangsa Indonesia berasal dari daerah
Campa, Kochin, Cina, Kamboja. Kern juga menyatakan bahwa nenek moyang bangsa
Indonesia mempergunakan perahu-perahu bercadik menuju Kepulauan Indonesia.
Pendapat Kern didukung adanya persamaan nama dan bahasa.
- Willem Smith
Willem Smith membagi bangsa-bangsa
di Asia atas dasar bahasa yang digunakannya, yaitu bangsa yang berbahasa Togon,
bangsa yang berbahasa Jerman dan bangsa yang berbahasa Austria. Bahasa Austria
dibagi 2 yaitu bangsa yang berbahasa Asia dan bahasa Austronesia. Bangsa-bangsa
yang berbahasa Austronesia mendiami wilayah Indonesia, Melanesia, dan
Polinesia.
- Hogen
Bangsa yang mendiami daerah pesisir
Melayu berasal dari Sumatra. Bangsa ini bercampur dengan bangsa Mongol yang
kemudian disebut bangsa Proto Melayu dan Deutro Melayu. Bangsa Proto Melayu
(Melayu Tua) menyebar di wilayah sekitar Indonesia tahun 3000 SM – 1500 SM.
Bangsa Deutro Melayu (Melayu Muda) menyebar di wilayah Indonesia sekitar tahun
1500 SM – 500 SM.
- Drs. Moh. Ali
Bangsa Indonesia berasal dari daerah Yunan. Pendapat Moh Ali
dipengaruhi pendapat Kern bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Mongol dan
terdesak oleh bangsa-bangsa yang lebih kuat; mereka menyebar ke arah selatan
sampai ke wilayah Indonesia. Menurut Moh Ali : nenek moyang bangsa Indonesia
berasal dari hulu-hulu sungai-sungai besar di Asia dan kedatangannya di
Indonesia secara bergelombang.
- Gelombang I 3000 SM – 1500 SM
- Gelombang II 1500 SM – 500 SM
Ciri-ciri Gelombang I adalah
kebudayaan Neolithikum dengan jenis perahu bercadik I. Gelombang II menggunakan
perahu bercadik dua.
- Prof. Dr. Kroom
Asal-usul bangsa Indonesia dari
daerah Cina Tengah, yang terdapat sumber-sumber sungai besar. Mereka menyebar
ke wilayah Indonesia sekitar tahun 2000 SM – 1500 SM.
- Mayundar
Bangsa-bangsa yang berbahasa Austronesia berasal dari India
kemudian menyebar ke Indo-Cina terus ke daerah Indonesia dan Pasifik.
- Prof. Moh. Yamin
Asal bangsa Indonesia dari daerah Indonesia sendiri pendapat
ini didukung suatu pernyataan tentang Blood Und Breden Unchro yang artinya
darah dan tanah bangsa indonesia berasal dari Indonesia sendiri. Fosil dan
artefak itu lebih banyak dan lebih lengkap ditemukan di wilayah Indonesia
dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya di Asia. Misalnya dengan penemuan
manusia purba sejenis Homo soloensis, Homo wajakensis.
- Brandes
Meneliti dengan perbandingan bahasa.
Bangsa yang bermukim di Kepulauan Indonesia memiliki banyak persamaan dengan
bangsa-bangsa pada daerah-daerah yang membentang dari sebelah utara Pulau
Formosa, sebelah barat daerah Madagaskar, sebelah selatan yaitu tanah Jawa,
Bali, sebelah timur sampai ke tepi pantai barat Amerika (terdesak oleh alam).
Berdasarkan penggunaan bahasa yang dipakai di berbagai
kepulauan Kern berkesimpulan bangsa Indonesia berasal dari satu daerah dan
menggunakan bahasa yang sama, yaitu bahasa Campa dan agak ke utara yaitu daerah
Lonkin.
Namun, sebelum bangsa Indonesia tiba di daerah Kepulauan
Indonesia, sudah ditempati bangsa berkulit hitam dan berambut keriting. Bangsa
tersebut hingga sekarang menempati daerah-daerah Indonesia timur dan daerah-
daerah Australia.
DAFTAR PUSTAKA
Mustafa Shodiq . 2006. Wawasan Sejarah 1 Indonesia
dan Dunia. Solo : Tiga Serangkai
Mustopo Habib. 2007. Sejarah 1. Jakarta : Yudhistira
0 comments:
Post a Comment